http://www.facebook.com/danu.suryani/photos

DANU SURYANI

Get Gifs at CodemySpace.com

semoga bermanfaat, dan MOHON KOMENTARNYA !!!

semoga bermanfaat, & MOHON KOMENTARNYA !!!

Silahkan dilihat'.........

Selasa, 21 Juni 2011

SI BOTAK ADU JOTOS



  Oleh Danu Suryani  ...>Satu cerita untuk KUPU-KUPU SEGALA MUSIM
Aku dan saudara-saudara ku adalah mahluk kecil yang bisa terus hidup apabila menemukan pasangan beberapa detik, jam atau hari setelah kami dikeluarkan dari satu tempat….? Untuk langsung dimasukan pada satu tempat lainnya ….?. maka ditempat kedua itulah kami dituntut  menemukan pasangan. Tidak mudah menemukan pasangan selain bersaing dengan ratusan, ribuan atau bahkan jutaan saudara kami sendiri, kami pun dihadapkan pada satu masalah bahwa jumlah calon pasangan kami lebih sedikit dari jumlah kami, atau bahkan sekalipun kami berhasil menemukan pasangan, itu belum tentu kami bisa terus hidup dan melakukan evolusi karena keadaan lingkungan alam yang ada.
            Setelah perpindahan atau perpaduan itu dan proses perjuangan yang amat sangat berat, akhirnya aku dan satu orang sauadra ku berhasil hidup dan berevolusi, sementara jutaan saudaraku harus gugur mati menjadi darah merah yang akhirnya keluar menembus hutan rumput menuju kasur empuk.
            Hari ini tepat 28 minggu aku dan satu orang saudaraku hidup setelah yang lain mati. Hari ini aku melihat ibuku mandi namun mandi kali ini lain dari biasanya, ia mandi dengan bunga-bunga, Kuhitung ada 7 atau 9 jenis bunga dalam bak mandinya.
            Bila aku bisa lihat matahari, aku  mungkin bisa memperkirakan ini jam berapa, tapi aku tidak bisa, bahkan bentuk mataharipun aku tidak tau seperti apa?.  Tapi apa yang sedang dibicarakan Ayah dan Ibu saat ini? Aku nguping ah’.
Ayah    : “Bu’ Bapak bingung jadi Hansip di kampung ini, apalagi setelah muncul isu-isu brondong eh salah grondong, yang katanya sering makan bayi kembar yang lahir pertama, Bapak harus jaga tiap malem, mana ampe sekarang gaji tidak naik-naik” (Ucap Ayah sambil garuk-garukk kepala).
Ibu       : “Sabar ya Pak, rejeki bukan manusia yang ngatur, jadi percuma bapak membingungkan hal itu, karena Allah yang punya kuasa atas segalanya. Jadi coba mengadu sama Allah” (jawab ibu sambil mengusap perutnya yang gendut).
            Aku berfikir sejenak, lalu aku diskusikan hal ini dengan saudaraku:
Aku      : “Hai saudaraku!” (sambil ku  tepuk kepala botaknya).
Saudaraku: “Ada apa sih loe Colek-colek gue? (dengan muka sewot karena ku tepuk pala botaknya)
Aku      : “ loe ga’ denger tadi bokap kita bilang apa?
Saudaraku: “engga tuch, emang gue fikirin, paling juga bilang ‘jangan lupa minum cucu cantik’ iya kan.”
Aku      : “eh, ini kasus serius, kita hidup udah hampir 9 bulan yang artinya kita akan keluar dari sini”.
Saudaraku: “lalu kenapa, bukannya kamu pengen cepet-cepet lihat matahari?”.
Aku      : “yang jadi masalah sekarang di luar sana ada grondong pemakan bayi kembar, dan yang diambil adalah bayi yang keluar pertama. Gua ngeri Ihhhhhh…………………….!”.
Saudaraku: “emang iye, Sumpe loe?”
Aku      : “Iya sweeerrrr……..er,er,er. Asli deh gua g boong”.
Saudaraku: “ nah gima atuh? yang pasti gua ga mau keluar duluan”
Aku: “Aku juga tidak mau keluar duluan, kamu aja duluan!!!!!!!”
Saudaraku: “kamu aja!!!”
Aku      : “kamu!!!”
Aku dan saudarakupun berantem, aku tendang pantatnya, aku semekdown dan aku hajar mukanya. Dia balas dengan menggigit jempol kakiku aku bukan sakit tapi malah geli karena giginya belum numbuh. Aku tidak mau kalah aku jambak rambutnya (duh aku lupa dia itu kan masih botak). Duh dasar botak dia balas degan membuang angin depan mukaku.
Kami  berhenti dan terdiam ketika kami dengar ibu teriak kesakitan gara-gara ulah kami.
Ibu       : “Aduh Pa’ sakit, bayinya nendang-nendang, mungkin udah saatnya keluar”. (lalu ayah membawa ibu ke bidan dgn menggunakan becak)
Di tengah perjalanan kami menggerutu kompak, berkata (“siapa juga yang mau keluar, kami justru takut keluar”), lalu terjadi lagi perdebatan dan perkelahian antara aku dan saudaraku.
Aku      : “Semua ini garara kamu, kita jadi dibawa ke bidan, nanti kalo bidannya itu jadi grondong gimana?”
Saudaraku: “Aeh-aeh, si laing nyalahkeun saya nya, pie sampean iki? Sampean sing pukul aku duluan, (dia bicara sambil menyuntrungkan kepala ku)”.
Aku      :Eh teu kitu, don’t forget, kamu yang nantang aku duluan, dasar botak! (aku lupa aku juga botak)
Saudaku : “what do you mong? Awas nya ku aing cakar muka kau nanti! biar muka kau jadi jelek”.
Aku dengar tukang becak bilang “udah sampe paak/bu!”. (Wah ibu masih aja teriak kesakitan, ah mungkin gara-gara aku dan saudaraku nih ga bisa diem, aku harus bisa bernegosasi untuk berkolaborasi dengan musuhku ini).
Aku      : “ Eh saudaraku tadi kau dengar tukang beca bilang ini udah sampe klinik bidan, kita harus diam agar ibu tidak kesakitan dan tidak mengira kita mau keluar.
Saudaraku: “ok diterima! Tapi aku tidak mau keluar duluan”.
Aku      : “ sama aku juga, Itu kita bahas nanti”.
Akhirnya ibu dapat panggilan untuk diperiksa, namun karena kami sepakat untuk tidak melakukan aktifitas apapun, sang bidanpun mengambil kesimpulan bahwa kami belum saatnya keluar meskipun umur kandungannya udah sampai 9 bulan.
Kami teriak kegirangan, serempak kami berucap Yes, Yeasss, Yesssssssssssssss!!!!!!!!!!! (Sambui ajol-ajolan) karena kami bersyukur bu bidan tidak jadi keluarkan kami dari dunia yang kami rasa mulai sempit ini. Namun karena gerakan kami ini, Ibu  jadi merasa kesakitan lagi,... 
Ibu:  Bu Bidan sakit bu... sepertinya ni udah mau keluar,...
(kami panik) kami ga mau keluar, tanpa ada obrolan kami serempak diam) sampai akhirnya Bu Bidan kembali memeriksa dan menyatakan belum saatnya.
Malam harinya aku dengar Ayah bicara pada Ibu:
Ayah: “Bu mau dikasih nama apa anak kita nanti?
Ibu : “Rohmah atau Rohim”
Ayah: “ Bagus juga bu’’
Saat kami dengar masalah nama itu, kami bingung dua nama yang disediakan oleh orang tua kami satu cewe satu lagi cowo sedangkan kami disini cewe semua, aduh gimana ini sepertinya aku harus keluar duluan, apalagi setelah sebelumnya kami deengar grondong sudah mati karena film misteri gunung merapi sudah tamat (The and). akhirnya seperti biasa kami debat dan akhirnya adu jotos untuk memperebutkan siapa yang keluar duluan,. Karena memperebutkan nama, meski banyak orang bilang “apalah artinya sebuah nama”, tapi apa iya aku harus rela, aku diberi nama Rohim padahal aku ini adalah wanita,. Tak sudi, aku tak sudi, ....tak sudi tak…, sungguh tak sudi tak!. Sampai titik darah penghanbisan akan perjuangkan.
Maka seketika itu pula ibu teriak kesakitan dan kami terus berebutan berdeak-desakan ingin keluar duluan, saat saudara ku mendekati pintu keluar, aku tarik kaakinya, ku angkat kepala botaknya, tapi dagu ku di tendang, sakitnya, tapi aku jewer saja kupingnya, dan aku merangsak menuju pintu keluar, sedikit lagi saja, telingaku di tarik, sakittttt!!!!!!!!!!, aku kembali kedalam dan ku ikat tangannya dengan tali ari-arinya, tapi dia tetap menendang-nendang ku, dan diluar sana aku dengar ibu menjerit-jerit, serta suara seorang bidan yang mengulang kata-kata “Ayo bu’ ngeden, tarik napas dalam-dalam, ayo lebih kuat lagi bu!!!”. Di dalam aku masih bergulat dengan saudaraku, dasar botak gua duluan (teriak saudaraku sambil menendang aku yang akhirnya karena tendangannya itu aku terperosoooookkkkkk keluar’. Meski sewot karena sakit pantat ini ditendangnya, tapi aku ucap terimakasihhhhhh pada saudaraku itu.
Karena saudaraku sadar aku telah keluar duluan dia tetap beratahan didalam karena tidak mau diberi nama rohim, namun tidak lama kemudian serendak dengan jeritan ibu dalam hitungan 1,2,3 akhirnya Saudaraku Rohim keluar juga.
Setelah kami dimandikan, kami dibawa oleh suster menemui ibu tercinta yang masih terkapar lelah atas ulah kami,…, Bu jasamu tidak akan terbalas, sorga untukmu bu’ Amin…,
Ku dengar sang bidan bertanya pada Ayah dan Ibu:
Bidan: “mau diberi nama siapa anak-anak ini pak, bu?”.
Ayah: “sesuai kesepakatan kami bu bidan, kami akan memberi nama Rahmah, dan Rohim”.
Bidan: “tapi dua-duanya cewe pak, bu’’
Ibu: “bagaimana kalau Rohmah dan Rohimah Pa?”
Ayah: “Bagus tuh, Istri ku yang pintar dan paling cantik (Ayah ga’ tau malu, dia berkata seperti itu sambil menciumi Ibu)
Bidan: Y Sudah Pa’ silakan di adzanin dulu!!!
Allahuakbar…..Allahuakbar……… la’ Ilahaillallah.

To be continue!!!






Minggu, 19 Juni 2011

poligami (plan2_)

Anda yang mau baca sebaiknya ikutin warning berikut:
 1. Menjauhkan barang pecah dan benda tajam disekitar anda\
2. Sebaiknya buat posisi anda nyaman dan bila perlu dengan sajian makanan dingin
3. Anda bukan penderita penyakit asma dan jantung

Jika anda tidak dapat penuhi hal di atas jangan melanjutkan membaca’. / silahkan kembali ke halaman lain!!!
saya termasuk orang yang pesimis bisa sanggup poligami tp berikut
saya ingin mengajak  berbagi pandangan !!!!!!!!!!!
  1. Poligami itu ibadah
  2. Poligami itu sunah
  3. Poligami itu sudah dicontohkan rasul allah
  4. Maka poligami itu indah,  menolong dan
  5. Tentu poligami itu dapat pahala
Ayo Poligami meski:
“perlu diingat bahwa poligami  blum tentu menjadi sebuah keharusan,
bahkan dapat menjadi sebuah ibadah yang di larang untuk dilakukan''
Poligami menjadi sebuah keharusan manakala kondisi dan situasi dari lingkungan mengharuskan dan mengizinkan untuk itu, dan poligami bisa menjadi sesuatu yang di larang apabila situasi dan kondisi dari  lingkungan tidak mengharuskan dan tidak mengizinkan untuk dilakukakannya hal tersebut."

JADI DI INGAT BAHWA POLIGAMI ITU ADALAH IBADAH BUKAN HANYA BAGI SUAMI TAPI JUGA BAGI LINGKUNGAN HUSUNYA SANG ISTRI,.... MESKIPUN IBADAH ITU DILAKUKAN OLEH SANG SUAMI.

ada yang menarik di kebanyakan pandangan di era ini,. Mereka yang melarang poligami bahkan mengharamkannya dengan alasan berdasarkan nafsu, sementara mereka sendiri tidak sadar bahwa mereka berpandangan seperti itu karena hawa nafsunya.

Hal yang perlu dipertegas dalam polemik poligami belakangan ini adalah: niat berbaur nafsu. Bukan pada  poligami itu haram atau tidak boleh dilakukan.

Esensi poligami sendiri sampai kapan pun tidak akan berubah sebab rasul kita yang mencontohkan adalah rasul terakhir, kecuali anda termasuk orang menganggap ada nabi setelah nabi Muhammad SAW.

Poligami itu bisa jadi ibadah, sunah, dicontohkan rasul Allah, maka poligami itu tentu indah dan mendapat pahala. Ini pemahaman yang harus kita pahami dulu, jangan sampai adanya polemik bahasan poligami yang saat ini gencar di masyarakat, dijadikan sebagai salah satu celah bagi pihak yang berkepentingan atas buruknya citra islam dan pada akhirnya menyalahkan apa yang dicontohkan rasul kita.

Saat ini tidak sedikit orang yang dikenal sebagai tokoh muslim yang justru pandangan2nya malah melemahkan pandangan islam sendiri terhadap poligami.

Satu memikiran lagi yang menjadi kata kunci bahwa ibadah tetaplah ibadah, dan ibadah dalam islam senantiasa dicontohkan baik dimulai dari niat hingga akhir pelaksanaannya (apa yang dilakukan rasul adalah teladan). dan tidak ada yang salah dengan apa yang dicontohkan rasul.

Dari pemikiran tersebut, kita bisa fahami bahwa yang terjadi saat ini adalah  banyak kalangan mengadukan pemikirannya dengan realita kebanyakan orang yang gagal mengamalkan ibadah poligami sehingga memberikan pandangan buruk pada ibdah tersebut.

Sebagaimana ibdah pada umumnya, dalam ibadah poligami juga manusia diberikan tangtangan sebagai godaan-godaan ibdah, baik saat mulai penetapan niat bahkan saat penjalanan proses poligami ini.

Dilihat dari apa yang dihadiahkan atau pahala dari adanya poligami, maka sudah sangat jelas bahwa godaan2 praktek poligami ini tidak lah mudah dilewati. Meski godaan tersebut banyak dihadapi oleh pria sebagai pelaku, namun ujian sebenarnya juga dialami oleh wanita atau Istri, untuk itu sorgalah bagi wanita yang bersabar dan ridho.

Perlu di ingat misi inti hidup kita adalah ibadah untuk capai ridho allah dan pada akhirnya Allah akan hadiahkan sorga bagi yang diridhoinya.

Untuk menilai apakah poligami menjadi sebuah keharusan untuk anda atau masihkah itu menjadi sebuah ibahdah yang dilarang? maka disarankan membaca riwayat Rasul  dan latar belakang Rasul berpoligami dan hal tersebut banyak di ungkapkan pula oleh para pedakwah seperti termuat dalam situs URL berikut: 
anda akan melihat sudahkah anda pantas poligami dengan ukuran standar situasi dan kondisi seperti halnya yang ada dan di contohkan Rasul...jangan kita ambil contoh nya separuh. sebab Ibadah yang satu ini sekali lagi bukan ibadah satu orang namun melibatkan banyak pihak. JADI PERLU SEKALI KERJASAMA ANTARA PIHAK YANG TERLIBAT. Selayaknya Poligami menjadi saran yang dimulai bukan dari suami melainkan dari istri karena dia lah yang akan banyak mendapat ujian dan cobaan dari Ibadah ini.
...........bersambung..............................................
MENCINTAI SESUATU MELEBIHI CINTA MU PD ALLAH, MAKA  KAU AKAN MENDERITA KARENA PASTI KEHINGAN

Afwan.............

oleh Danu Suryani                                                                                              pada 19 Juni 2011 jam 0:25

Jumat, 17 Juni 2011

SEMANGAT BARU DALAM TINGAKATAN BARU


Oleh Danu Suryani

              Ingat waktu  kecil kita pernah ditanya, "kalau  nanti sudah besar mau jadi apa? atau ingat K' Ria sering bertanya apa pada Susan siboneka yang bisa bicara,"Susan-susan kalau sudah besar mau jadi apa? "atau kita biasa menyebutnya cita-cita, ayo jawaban apa  yang kalian punya pada saat itu? Direktur kah? Pilot kah? Pramugari kah? guru, kia'i Atau  pada saat itu kita jawab ingin jadi Dokter seperti susan agar bisa nyembur pasiennya, maaf nyuntik pasiennya? dan saya yakin kita tidak menjawab ingin  menjadi anak kecil selamanya dan selalu menyusahkan  orang tua, karena susun yang hanya bisa bicara aja ingin jadi dokter masa kita hanya jadi pembantu rumah tangga. Maaf tanpa bermaksud mengecilkan profesi ini.
           Sesuaikah jalur yang telah kita tempuh untuk menuju pada apa yang  menjadi jawaban kita atau cita-cita kita?  Tapi pertanyaan yang satu ini  belum saatnya dijawab  oleh  calon alumni, karena kesesuaian atau ketidak sesuainya baru akan dimulai, maka yang lebih pantas atau cocok untuk dijawab adalah pertanyaan " Maukah kita menempuh jalur yang cocok atau searah dengan cita-cita kita?"
        Pepatah  berkata "Gantungkanlah cita-cita setinggi langit!"Bahkan kita pasti pernah dsengar bahwa ada salah seorang sahabat nabi  yang kata-katanya senantiasa menjadi penyemangat bagi mereka yang punya keinginan, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan meraih apa yang di harapkannya" dan bahkan saya yakin dikumpulkan orang-orang bijak untuk menjawab benarnya kata-kata itu, semua akan menjawab benar adanya kata-kata itu.
        Start memang dimulai saat kalian menyandang gelar alumni,namun siapa yang persiapan startnya lebih matang pasti mereka akan melaju maksimal. Artinya bukan berarti kita bisa seenaknya karena start belum dimulai akan tetapi kita harus memposisikan start kita pada posisi yang benar dan tempat yang benar maka itu berarti perjuangan telah dimulai saat start belum dimuali.
Maaf bukan berarti yang tidak sempat mempersiapkan start baik tidak bisa mencapai cita-citanya, hanya saja butuh kerja keras lebih dari mereka yang belum dapat mempersiapkan startnya dengan baik.dan harus tetap diigat pula bahwa start baru dimulai, jadi bagi mereka yang telah memulai persiapan start dengan baikpun belum tentu bisa berjalan tanpa halangan.
        Dua tahun kebelakang yang bisa saya lihat meski sekilas telah cukup jadi bukti betapa perihnya mereka yang lulus lalu menikah, padahal lulus dari MAN belumlah jadi buah yang siap untuk dipetik, sang pohon hanya baru bisa memekarkan bunga yang nantinya akan menjadi buah, lalu bagaimana bisa menjadi buah kalau baru jadi bunga lantas dipetik?,?,?,?,? .. Padahal mungkin sang bunga bercita-cita menjadi buah yang super dan manis ketika dipanen saat matang,, Tragis ……
Apa maksudnya ini, saya sendiri terlalu terbawa emosi, bukan berarti mengecilkan hati mereka yang siap menikah saat lulus, karna bagaimanapun itu merupakan jalan yang baik dalam pandangan mereka dan bahkan patut kita ucapkan rasa salut akan keberanian dan keridhoannya untuk dipetik sebelum bisa menjadi buah dalam pandangan masyarakat.
        Didua tahun kebelakang ini selain  melihat  bunga yang dipetik karena menikah ada pula yang merasa terbentur tembok ekonomi dalam perjalanannya setelah start,  hal ini lebih tragis karena mereka  gugur bukan karena dipetik, melainkan mereka gugur karena musim kemarau,  siapa yang mau disalahkan atas gugurnya orang seperti ini,  tapi disisi lain jika kita mau mengadu banding dengan kebanyakan orang berhasil, mereka merupakan orang-orang yang tidak menganggap ekonomi sebagai tembok penghalang, mereka hanya menganggap lemahnya ekonomi sebagai sungai tanpa jembatan yang harus disebrangi, tinggal ditanya siapa yang bisa berenag silahkan berenang namun perlu dipahami benar bahwa jika sungai itu deras kita tidak hanya butuh kemampuan berenang saja lebih penting dari itu kita harus punya kegigihan, keberanian, dan jika tidak mau mengeluarkan banyak tenaga fisik kita bisa mengimbangi kemampuan itu dengan gagasan atau ide-ide cemerlang dalam menyebrangi sungai tersebut.



The Suport From Alumni


Ingat waktu  kecil kita pernah ditanya, "kalau  nanti sudah besar mau jadi apa?"atau kita biasa menyebutnya cita-cita, ayo jawab apa pada saat itu? Dokter kah? Direktur kah? Pilot kah? Pramugari kah? Atau  pada saat itu kita jawab ingin jadi guru atau kia'i? dan saya yakin kita tidak menjawab ingin  menjadi anak kecil selamanya dan selalu menyusahkan  orang tua.

Sesuaikah jalur yang telah kita tempuh untuk menuju pada apa yang  menjadi jawaban kita atau cita-cita kita?  Tapi pertanyaan yang satu ini  belum saatnya dijawab  oleh  calon alumni, karena kesesuaian atau ketidak sesuainya baru akan dimulai, maka yang lebih pantas atau cocok untuk dijawab adalah pertanyaan " Maukah kita menempuh jalur yang cocok atau searah dengan cita-cita kita?

Pepatah  berkata "Gantungkanlah cita-cita setinggi langit!"Bahkan kita pasti pernah dsengar bahwa ada salah seorang sahabat nabi  yang kata-katanya senantiasa menjadi penyemangat bagi mereka yang punya keinginan, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan meraih apa yang di harapkannya" dan bahkan saya yakin dikumpulkan orang-orang bijak untuk menjawab benarnya kata-kata itu, semua akan menjawab benar adanya kata-kata itu.
Start memang dimulai saat kalian menyandang gelar alumni,namun siapa yang persiapan startnya lebih matang pasti mereka akan melaju maksimal. Artinya bukan berarti kita bisa seenaknya karena start belum dimulai akan tetapi kita harus memposisikan start kita pada posisi yang benar dan tempat yang benar maka itu berarti 
perjuangan telah dimulai saat start belum dimuali.

Maaf bukan berarti yang tidak sempat mempersiapkan start baik tidak bisa mencapai cita-citanya, hanya saja butuh kerja keras lebih dari mereka yang belum dapat mempersiapkan startnya dengan baik.dan harus tetap diigat pula bahwa start baru dimulai, jadi bagi mereka yang telah memulai persiapan start dengan baikpun belum tentu bisa berjalan tanpa halangan

Dua tahun kebelakang yang bisa saya lihat meski sekilas telah cukup jadi bukti betapa perihnya mereka yang lulus lalu menikah, padahal lulus dari MAN belumlah jadi buah yang siap untuk dipetik, sang pohon hanya baru bisa memekarkan bunga yang nantinya akan menjadi buah, lalu bagaimana bisa menjadi buah kalau baru jadi bunga lantas dipetik?,?,?,?,? .. Padahal mungkin sang bunga bercita-cita menjadi buah yang super dan manis ketika dipanen saat matang,, Tragis …

Apa maksudnya ini, saya sendiri terlalu terbawa emosi, bukan berarti mengecilkan hati mereka yang siap menikah saat lulus, karna bagaimanapun itu merupakan jalan yang baik dalam pandangan mereka dan bahkan patut kita ucapkan rasa salut akan keberanian dan keridhoannya untuk dipetik sebelum bisa menjadi buah dalam pandangan masyarakat.

Didua tahun kebelakang ini selain  melihat  bunga yang dipetik karena menikah ada pula yang merasa terbentur tembok ekonomi dalam perjalanannya setelah start,  hal ini lebih tragis karena mereka  gugur bukan karena dipetik, melainkan mereka gugur karena musim kemarau,  siapa yang mau disalahkan atas gugurnya orang seperti ini,  tapi disisi lain jika kita mau mengadu banding dengan kebanyakan orang berhasil, mereka merupakan orang-orang yang tidak menganggap ekonomi sebagai tembok penghalang, mereka hanya menganggap lemahnya ekonomi sebagai sungai tanpa jembatan yang harus disebrangi, tinggal ditanya siapa yang bisa berenag silahkan berenang namun perlu dipahami benar bahwa jika sungai itu deras kita tidak hanya butuh kemampuan berenang saja lebih penting dari itu kita harus punya kegigihan, keberanian, dan jika tidak mau mengeluarkan banyak tenaga fisik kita bisa mengimbangi kemampuan itu dengan gagasan atau ide-ide cemerlang dalam menyebrangi sungai tersebut.

JADI KESUKSESAN MEMANG MILIK MEREKA YANG PUNYA PERJALANAN MULUS TETAPI HARUS DIPAHAMI BENAR BAHWA KESUKSESAN SEJATI HANYA MILIK MEREKA MELAKUKAN PERJUANGAN    

Aku dan Penari Alam Menyapa Waktu Untuk Tuhan ku


oleh Danu Suryani pada 16 Juni 2011 jam 21:47

Detik ini
Kulihat sekilas penari alam dengan kemesraan detak jantungnya
Meraba Jalur yang harus ditempuhnya
Indah damai tanpa keluh

Bercengkrama begitu mesra dan akrab dengan waktu
Siapakah gerangan orang tua sang penari alam ini
Begitu hebatnya mengajarkan tuk ber-iringan dengan sang waktu
Mengajari cara menyapa suasana dalam waktu

Takut aku saat sadar memandang jauhpun haram bagiku
Bagaimana aku mengutarakan sanjungan ku
Bagaimana waktu akan mengenalkan dan mendekatkan ku
Sedang aku jauh terhalang tempat drajat bahkan martabat

Aku ingin mendekat menatapnya lekat
Bersanding menyapa setiap pergantian waktu
Bersanding terjun pada medan jihad
Bersanding mengharaf bumi Tuhanku

Mimpiku aku berdiskusi menyusun strategi
Mimpiku aku bergandengan dalam kesucian
Mimpiku aku bersamanya bertiga dengan sang waktu
Hidup dalam Syukur pada Tuhanku
Hidup berkasih sayang pada jalur Tuhanku
Hidup mesra dalam riho Rab ku
Aku dan  Penari Alam Menyapa Waktu Untuk Tuhan ku
Dia dan aku bernafas dalam waktu untuk Tuhanku

PEMBANGUNAN SDM (SUMBER DAYA MANUSIA) DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI


PEMBANGUNAN SDM (SUMBER DAYA MANUSIA) DALAM MENGHADAPI ERA GLOBALISASI

Oleh :
DANU SURYANI  (D.0610092)

BAB I
PENDAHULUAN

  1. Latar Belakang
Investasi sumber daya manusia (SDM) bukan hanya tanggung jawab salah satu sektor pembangunan, tetapi tanggung jawab multisektoral di dalam satu kesatuan secara integral. Di antara sektor-sektor penting yang secara langsung memiliki kontribusi terhadap pengembangan kualitas SDM adalah pendidikan, peningkatan gizi dan kesehatan, program kependudukan, dan pembinaan olahraga. Namun, dari berbagai bentuk investasi SDM tersebut, pendidikan dapat dikatakan sebagai katalisator utama pengembangan SDM, dengan anggapan bahwa semakin terdidik seseorang, semakin tinggi pula kesadarannya terhadap kesehatan, partisipasi politik, dan keluarga berencana. Investasi SDM tersebut dilakukan oleh berbagai jenis pelakunya, baik oleh individual atau keluarga, lembaga-lembaga swasta, maupun pemerintah, bergantung pada siapa yang mengeluarkan biaya dan apa tujuannya. Biaya investasi terdiri atas biaya langsung (direct cost), seperti uang sekolah (SPP), biaya transportasi, biaya pemondokan, gaji guru, biaya sarana atau prasarana, dan biaya, dan biaya tidak langsung (indirect cost) yang berupa biaya kesempatan yang hilang (opportunity cost) dari penyelenggaraan pendidikan itu sendiri.
Sumberdaya manusia (SDM) merupakan salah satu faktor kunci dalam perbaikan ekonomi, yakni bagaimana menciptakan SDM yang berkualitas dan memiliki keterampilan serta berdaya saing tinggi dalam persaingan global yang selama ini kita abaikan. Dalam kaitan tersebut setidaknya ada dua hal penting menyangkut kondisi SDM Indonesia, yaitu: 
Pertama adanya ketimpangan antara jumlah kesempatan kerja dan angkatan kerja. Jumlah angkatan kerja nasional pada krisis ekonomi tahun pertama (1998) sekitar 92,73 juta orang, sementara jumlah kesempatan kerja yang ada hanya sekitar 87,67 juta orang dan ada sekitar 5,06 juta orang penganggur terbuka (open unemployment). Angka ini meningkat terus selama krisis ekonomi yang kini berjumlah sekitar 8 juta.
Kedua, tingkat pendidikan angkatan kerja yang ada masih relatif rendah. Struktur pendidikan angkatan kerja Indonesia masih didominasi pendidikan dasar yaitu sekitar 63,2 %. Kedua masalah tersebut menunjukkan bahwa ada kelangkaan kesempatan kerja dan rendahnya kualitas angkatan kerja secara nasional di berbagai sektor ekonomi.
Lesunya dunia usaha akibat krisis ekonomi yang berkepanjangan sampai saat ini mengakibatkan rendahnya kesempatan kerja terutama bagi lulusan perguruan tinggi. Sementara di sisi lain jumlah angkatan kerja lulusan perguruan tinggi terus meningkat. Sampai dengan tahun 2000 ada sekitar 2,3 juta angkatan kerja lulusan perguruan tinggi. Kesempatan kerja yang terbatas bagi lulusan perguruan tinggi ini menimbulkan dampak semakin banyak angka pengangguran sarjana di Indonesia.
Menurut catatan Direktorat Jenderal Pendidikan Tinggi (Ditjen Dikti) Depdiknas angka pengangguran sarjana di Indonesia lebih dari 300.000 orang.
Fenomena meningkatnya angka pengangguran sarjana seyogyanya perguruan tinggi ikut bertanggungjawab. Fenomena penganguran sarjana merupakan kritik bagi perguruan tinggi, karena ketidakmampuannya dalam menciptakan iklim pendidikan yang mendukung kemampuan wirausaha mahasiswa.
Masalah SDM inilah yang menyebabkan proses pembangunan yang berjalan selama ini kurang didukung oleh produktivitas tenaga kerja yang memadai. Itu sebabnya keberhasilan pembangunan yang selama 32 tahun dibanggakan dengan tingkat pertumbuhan rata-rata 7%, hanya berasal dari pemanfaatan sumberdaya alam intensif (hutan, dan hasil tambang), arus modal asing berupa pinjaman dan investasi langsung. Dengan demikian, bukan berasal dari kemampuan manajerial dan produktivitas SDM yang tinggi. Keterpurukan ekonomi nasional yang berkepanjangan hingga kini merupakan bukti kegagalan pembangunan akibat dari rendahnya kualitas SDM dalam menghadapi persaingan ekonomi global. 
Kenyataan ini belum menjadi kesadaran bagi bangsa Indonesia untuk kembali memperbaiki kesalahan pada masa lalu. Rendahnya alokasi APBN untuk sektor pendidikan -- tidak lebih dari 12% -- pada peme-rintahan di era reformasi. Ini menunjukkan bahwa belum ada perhatian serius dari pemerintah pusat terhadap perbaikan kualitas SDM. Padahal sudah saatnya pemerintah baik tingkat pusat maupun daerah secara serius membangun SDM yang berkualitas. Sekarang bukan saatnya lagi Indonesia membangun perekonomian dengan kekuatan asing. Tapi sudah seharusnya bangsa Indonesia secara benar dan tepat memanfaatkan potensi sumberdaya daya yang dimiliki (resources base) dengan kemampuan SDM yang tinggi sebagai kekuatan dalam membangun perekonomian nasional. 
Orang tidak bekerja alias pengangguran merupakan masalah bangsa yang tidak pernah selesai. Ada tiga hambatan yang menjadi alasan kenapa orang tidak bekerja, yaitu hambatan kultural, kurikulum sekolah, dan pasar kerja. Hambatan kultural yang dimaksud adalah menyangkut budaya dan etos kerja. Sementara yang menjadi masalah dari kurikulum sekolah adalah belum adanya standar baku kurikulum pengajaran di sekolah yang mampu menciptakan dan mengembangkan kemandirian SDM yang sesuai dengan kebutuhan dunia kerja. Sedangkan hambatan pasar kerja lebih disebabkan oleh rendahnya kualitas SDM yang ada untuk memenuhi kebutuhan pasar kerja. 
Pikiran dasar ini selanjutnya akan disandingkan dengan fakta yang penulis ambil dari literatur buku maupun publikasi tulisan-tulisan di Internet. Kemudian ditarik kesimpulan.

B. Tujuan Pembuatan
1.  Meningkatkan daya analisa mahasiswa
2.  Memenuhi Tugas Akhir semester
3. Mencoba mencari benang merah dari masalah sumber daya manusia
    indonesia yang diperbincangkan masih belum maju








BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Ekonomi abad ke-21, yang ditandai dengan globalisasi ekonomi, merupakan suatu proses kegiatan ekonomi dan perdagangan, di mana negara-negara di seluruh dunia menjadi satu kekuatan pasar yang semakin terintegrasi dengan tanpa rintangan batas teritorial negara. Globalisasi yang sudah pasti dihadapi oleh bangsa Indonesia menuntut adanya efisiensi dan daya saing dalam dunia usaha. Dalam globalisasi yang menyangkut hubungan intraregional dan internasional akan terjadi persaingan antarnegara. Indonesia dalam kancah persaingan global menurut World Competitiveness Report menempati urutan ke-45 atau terendah dari seluruh negara yang diteliti, di bawah Singapura (8), Malaysia (34), Cina (35), Filipina (38), dan Thailand (40).
Perwujudan nyata dari globalisasi ekonomi yang akan dihadapi bangsa Indonesia antara lain terjadi dalam bentuk-bentuk berikut: Produksi, di mana perusahaan berproduksi di berbagai negara, dengan sasaran agar biaya produksi menjadi lebih rendah. Hal ini dilakukan baik karena upah buruh yang rendah, tarif bea masuk yang murah, infrastruktur yang memadai ataupun karena iklim usaha dan politik yang kondusif. Dunia dalam hal ini menjadi lokasi manufaktur global. 
Pembiayaan. Perusahaan global mempunyai akses untuk memperoleh pinjaman atau melakukan investasi (baik dalam bentuk portofolio ataupun langsung) di semua negara di dunia. Sebagai contoh, PT Telkom dalam memperbanyak satuan sambungan telepon, atau PT Jasa Marga dalam memperluas jaringan jalan tol telah memanfaatkan sistem pembiayaan dengan pola BOT (build-operate-transfer) bersama mitrausaha dari mancanegara.
Tenaga kerja. Perusahaan global akan mampu memanfaatkan tenaga kerja dari seluruh dunia sesuai kelasnya, seperti penggunaan staf profesional diambil dari tenaga kerja yang telah memiliki pengalaman internasional dan\atau buruh diperoleh dari negara berkembang. Dengan globalisasi maka human movement akan semakin mudah dan bebas. 
Jaringan informasi. Masyarakat suatu negara dengan mudah dan cepat mendapatkan informasi dari negara-negara di dunia karena kemajuan teknologi, antara lain melalui: TV, radio, media cetak dan lain-lain. Dengan jaringan komunikasi yang semakin maju telah membantu meluasnya pasar ke berbagai belahan dunia untuk barang yang sama. Sebagai contoh KFC, Hoka Hoka Bento, Mac Donald, dll melanda pasar di mana-mana. Akibatnya selera masyarakat dunia --baik yang berdomisili di kota maupun di desa-- menuju pada selera global.
Perdagangan. Hal ini terwujud dalam bentuk penurunan dan penyeragaman tarif serta penghapusan berbagai hambatan nontarif. Dengan demikian kegiatan perdagangan dan persaingan menjadi semakin ketat dan fair. Bahkan, transaksi menjadi semakin cepat karena "less papers/documents" dalam perdagangan, tetapi dapat mempergunakan jaringan teknologi telekomunikasi yang semakin canggih. 
Dengan kegiatan bisnis korporasi (bisnis corporate) di atas dapat dikatakan bahwa globalisasi mengarah pada meningkatnya ketergantungan ekonomi antarnegara melalui peningkatan volume dan keragaman transaksi antarnegara (cross-border transactions) dalam bentuk barang dan jasa, aliran dana internasional (international capital flows), pergerakan tenaga kerja (human movement) dan penyebaran teknologi informasi yang cepat. Sehingga secara sederhana dapat dikemukakan bahwa globalisasi secara hampir pasti telah merupakan salah satu kekuatan yang memberikan pengaruh terhadap bangsa, masyarakat, kehidupan manusia, lingkungan kerja dan kegiatan bisnis corporate di Indonesia. Kekuatan ekonomi global menyebabkan bisnis korporasi perlu melakukan tinjauan ulang terhadap struktur dan strategi usaha serta melandaskan strategi manajemennya dengan basis entrepreneurship, cost efficiency dan competitive advantages.  
Masalah daya saing dalam pasar dunia yang semakin terbuka merupakan isu kunci dan tantangan yang tidak ringan. Tanpa dibekali kemampuan dan keunggulan saing yang tinggi niscaya produk suatu negara, termasuk produk Indonesia, tidak akan mampu menembus pasar internasional. Bahkan masuknya produk impor dapat mengancam posisi pasar domestik. Dengan kata lain, dalam pasar yang bersaing, keunggulan kompetitif (competitive advantage) merupakan faktor yang desisif dalam meningkatkan kinerja perusahaan. Oleh karena itu, upaya meningkatkan daya saing dan membangun keunggulan kompetitif bagi produk Indonesia tidak dapat ditunda-tunda lagi dan sudah selayaknya menjadi perhatian berbagai kalangan, bukan saja bagi para pelaku bisnis itu sendiri tetapi juga bagi aparat birokrasi, berbagai organisasi dan anggota masyarakat yang merupakan lingkungan kerja dari bisnis corporate. 
Realitas globalisasi yang demikian membawa sejumlah implikasi bagi pengembangan SDM di Indonesia. Salah satu tuntutan globalisasi adalah daya saing ekonomi. Daya saing ekonomi akan terwujud bila didukung oleh SDM yang handal. Untuk menciptakan SDM berkualitas dan handal yang diperlukan adalah pendidikan. Sebab dalam hal ini pendidikan dianggap sebagai mekanisme kelembagaan pokok dalam mengembangkan keahlian dan pengetahuan. Pendidikan merupakan kegiatan investasi di mana pembangunan ekonomi sangat berkepentingan. Sebab bagaimanapun pembangunan ekonomi membutuhkan kualitas SDM yang unggul baik dalam kapasitas penguasaan IPTEK maupun sikap mental, sehingga dapat menjadi subyek atau pelaku pembangunan yang handal. Dalam kerangka globalisasi, penyiapan pendidikan perlu juga disinergikan dengan tuntutan kompetisi. Oleh karena itu dimensi daya saing dalam SDM semakin menjadi faktor penting sehingga upaya memacu kualitas SDM melalui pendidikan merupakan tuntutan yang harus dikedepankan. 
Salah satu problem struktural yang dihadapi dalam dunia pendidikan adalah bahwa pendidikan merupakan subordinasi dari pembangunan ekonomi. Pada era sebelum reformasi pembangunan dengan pendekatan fisik begitu dominan. Hal ini sejalan dengan kuatnya orientasi pertumbuhan ekonomi. Visi pembangunan yang demikian kurang kondusif bagi pengembangan SDM, sehingga pendekatan fisik melalui pembangunan sarana dan prasarana pendidikan tidak diimbangi dengan tolok ukur kualitatif atau mutu pendidikan. 
Problem utama dalam pembangunan sumberdaya manusia adalah terjadinya missalocation of human resources. Pada era sebelum reformasi, pasar tenaga kerja mengikuti aliran ekonomi konglomeratif. Di mana tenaga kerja yang ada cenderung memasuki dunia kerja yang bercorak konglomeratif yaitu mulai dari sektor industri manufaktur sampai dengan perbankan. Dengan begitu, dunia pendidikan akhirnya masuk dalam kemelut ekonomi politik, yakni terjadinya kesenjangan ekonomi yang diakselerasi struktur pasar yang masih terdistorsi. 
Kenyataan menunjukkan banyak lulusan terbaik pendidikan masuk ke sektor-sektor ekonomi yang justru bukannya memecahkan masalah ekonomi, tapi malah memperkuat proses konsentrasi ekonomi dan konglomerasi, yang mempertajam kesenjangan ekonomi. Hal ini terjadi karena visi SDM terbatas pada struktur pasar yang sudah ada dan belum sanggup menciptakan pasar sendiri, karena kondisi makro ekonomi yang memang belum kondusif untuk itu. Di sinilah dapat disadari bahwa visi pengembangan SDM melalui pendidikan terkait dengan kondisi ekonomi politik yang diciptakan pemerintah.
Pada pascareformasi belum ada proses egalitarianisme SDM yang dibutuhkan oleh struktur bangsa yang dapat memperkuat kemandirian bang sa. Pada era reformasi yang terjadi barulah relatif tercipta reformasi politik dan belum terjadi reformasi ekonomi yang substansial terutama dalam memecahkan problem struktural seperti telah diuraikan di atas. Sistem politik multipartai yang telah terjadi dewasa ini justru menciptakan oligarki partai untuk mempertahankan kekuasaan. Pemilu 1999 yang konon merupakan pemilu paling demokratis telah menciptakan oligarki politik dan ekonomi. Oligarki ini justru bisa menjadi alasan mengelak terhadap pertanggungjawaban setiap kegagalan pembangunan. 
Dengan demikian, pada era reformasi dewasa ini, alokasi SDM masih belum mampu mengoreksi kecenderungan terciptanya konsentrasi ekonomi yang memang telah tercipta sejak pemerintahan masa lalu. Sementara di sisi lain Indonesia kekurangan berbagai keahlian untuk mengisi berbagai tuntutan globalisasi. Pertanyaannya sekarang adalah bahwa keterlibatan Indonesia pada liberalisasi perdagangan model AFTA, APEC dan WTO dalam rangka untuk apa? Bukankah harapannya dengan keterlibatan dalam globalisasi seperti AFTA, APEC dan WTO masalah kemiskinan dan pengangguran akan terpecahkan.  
Dengan begitu, seandainya bangsa Indonesia tidak bisa menyesuaikan terhadap pelbagai kondisionalitas yang tercipta akibat globalisasi, maka yang akan terjadi adalah adanya gejala menjual diri bangsa dengan hanya mengandalkan sumberdaya alam yang tak terolah dan buruh yang murah. Sehingga yang terjadi bukannya terselesaikannya masalah-masalah sosial ekonomi seperti kemiskinan, pengangguran dan kesenjangan ekonomi, tetapi akan semakin menciptakan ketergantungan kepada negara maju karena utang luar negeri yang semakin berlipat. 
Oleh karena itu, untuk mengantisipasi tuntutan globalisasi seyogyanya kebijakan link and match mendapat tempat sebagai sebuah strategi yang mengintegrasikan pembangunan ekonomi dengan pendidikan. Namun sayangnya ide link and match yang tujuannya untuk menghubungkan kebutuhan tenaga kerja dengan dunia pendidikan belum ditunjang oleh kualitas kurikulum sekolah yang memadai untuk menciptakan lulusan yang siap pakai. Yang lebih penting dalam hal ini adalah strategi pembangunan dan industrialisasi secara makro yang seharusnya berbasis sumberdaya yang dimiliki, yakni kayanya sumberdaya alam (SDA). Kalau strategi ini tidak diciptakan maka yang akan terjadi adalah proses pengulangan kegagalan karena terjebak berkelanjutannya ketergantungan kepada utang luar negeri, teknologi, dan manajemen asing. Sebab SDM yang diciptakan dalam kerangka mikro hanya semakin Memperkuat proses ketergantungan tersebut.  
Bangsa Indonesia sebagai negara yang kaya akan SDA, memiliki posisi wilayah yang strategis (geo strategis), yakni sebagai negara kepulauan dengan luas laut 2/3 dari luas total wilayah; namun tidak mampu mengembalikan manfaat sumber kekayaan yang dimiliki kepada rakyat. Hal ini karena strategi pembangunan yang diciptakan tidak membangkitkan local genuin. Yang terjadi adalah sumber kekayaan alam Indonesia semakin mendalam dikuasai oleh asing. Sebab meskipun andaikata bangsa ini juga telah mampu menciptakan SDM yang kualifaid terhadap semua level IPTEK, namun apabila kebijakan ekonomi yang diciptakan tidak berbasis pada sumberdaya yang dimiliki (resources base), maka ketergantungan ke luar akan tetap berlanjut dan semakin dalam.
Oleh karena itu harus ada shifting paradimn, agar proses pembangunan mampu mendorong terbentuknya berbagai keahlian yang bisa mengolah SDA dan bisa semakin memandirikan struktur ekonomi bangsa. Supaya visi tersebut pun terjadi di berbagai daerah, maka harus ada koreksi total kebijakan pembangunan di tingkat makro dengan berbasiskan kepada pluralitas daerah. Dengan demikian harapannya akan tercipta SDM yang mampu memperjuangkan kebutuhan dan penguatan masyarakat lokal. Karena untuk apa SDM diciptakan kalau hanya akan menjadi perpanjangan sistem kapitalisme global dengan mengorbankan kepentingan lokal dan nasional.


BAB III
PEMBAHASAN
Logika sederhana seperti yang dibuktikan di beberapa negara yang memiliki jumlah penduduk yang banyak di dunia, pasti lebih banyak memiliki penduduk yang sumber daya manusianya sudah sangat tinggi. Orang-orang yang memiliki sumber daya manusia yang sudah sangat tinggi misalnya berasal dari penduduk Amerika Serikat, Cina, Rusia dan Negara lainnya mampu mencetak orang-orang yang sudah sangat berjasa di bidang iptek maupun ilmu pengetahuan. Ini merupaka faktor dari sumber daya manusia orang tersebut.
Indonesia merupakan negara yang mempunyai jumlah penduduk yang sangat banyak, bahkan terbanyak ke-5 di dunia, tetapi jarang penduduk Indonesia yang dapat menyamai prestasi yang sama seperti penduduk di negara lain. Inilah lemahnya bangsa Indonesia yang memiliki jumlah peduduk yang banyak tetapi masih kurang di sumber daya manusianya. Jadi sangatlah penting sumber daya manusia yang berkualitas bagi semua orang. Penduduk Indonesia masih belum mengerti banyak tentang pentingnya sumber daya manusia yang berkualitas itu.
Sumber Daya Manusia yang berkualitas memberikan pengaruh yang sangat baik apabila dimanfaatkan dengan sebaik-baiknya. Manfaat yang baik akan barguna bagi diri kita, masyarakat dan negara. Apabila kita mencari pekerjaan atau membuat lapangan pekerjaan sendiri, kita bisa melihat dari kelebihan dan kemampuan yang kita miliki dari sumber daya kita. Hal ini dapat mengurangi jumlah pengangguran yang ada di negara kita. Jadi sangatlah penting sumber daya manusia itu bagi kehidupan kita.
Walaupun banyak orang yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas di Indonesia seperti lulusan SMA, SMK, dan Sarjana tetap saja tidak memiliki pekerjaan.  Ini dikarenakan orang-orang di negara kita sangatlah malas mereka hanya mau bekerja yang mudah dan penghasilan yang besar. Apabila kita ingin mendapat penghasilan yang kita inginkan sebaiknya kita harus bekerja keras.
Selain ada yang bekerja di dalam negeri penduduk Indonesia juga memiliki pekerja di luar negeri yang di sebut dengan TKI (Tenaga Kerja Indonesia). Tenaga kerja Indonesia yang berada di luar negeri memiliki beraneka pekerjaan. Tetapi kebanyakan TKI Indonesia yang bekerja sebagai pembantu rumah tangga, ini di sebabkan selain bekerja di negeri sendiri yang penghasilannya rendah dari pada di luar negeri juga karena mereka tidak memiliki keahlian lain selain pekerjaan rumah tangga. Jadi sumber daya manusia mereka masilah rendah. Ada juga yang membuat usaha di luar negeri yang berkembang pesat dan ada yang gulung tikar pula.
Agar kita bisa memperoleh sumber daya manusia yang berkualitas, seharusnya dengan cara mendapatkan ilmu pengetahuan dan melakukan  banyak percobaan agar kita dapat pengalaman. Kita bisa mendapat ilmu pengetahuan dengan cara bersekolah atau mengikuti program lain. Jika kita bersekolah harus bertahap, yaitu dari Sekolah Dasar kemudian ke Sekolah Menegah Pertama kemudian ke Sekolah Menengah Atas atau Sekolah Menengah Kejuruan dan mungkin melanjutkan ke sarjana. Pengalaman juga sangat di perlukan karena dengan memiliki banyak pengalaman kita akan tahu mana yang akan baik apabila mengerjakannya. Jadi kita akan mendapat pekerjaan akan lebih mudah apabila kita pandai dan memiliki banyak pengalaman.
Untuk mengatasi banyaknya pengangguran terlebih dahulu kita harus memberi perhatian kepada anak-anak yang akan menjadi penerus bangsa ini. Pemerintah harusnya memberikan pendidikan yang baik, karena pendidikan di Indonesia masihlah banyak yang masih kurang dengan standar. Masih banyak bangunan sekolah yang tak layak dipergunakan, peralatan sekolah yang belum lengkap, dan lain-lain. Selain itu banyaknya penduduk miskin di Indonesia yang tidak menyekolahkan anak-anaknya karena masalah dana yang tidak mampu untuk mambayar biaya sekolah. Walaupun sudah mendapat BOS (Bantuan Oprasional Sekolah) dan Bea Siswa tetap saja tidak dapat untuk membeli peralatan belajar dan perlengkapan sekolah. Jadi pemerintah harus tanggap betapa pentingnya pendidikan itu.
Sumber Daya Manusia sangatlah penting untuk negara maju maupun negara berkembang seperti Indonesia. Ini di karenakan penduduk yang memiliki sumber daya manusia yang berkualitas akan membangun bangsanya untuk menjadi negara maju yang memiliki penduduk yang cerdas dan cakap dalam membangun bangsa dan negaranya. Maka Sumbar Daya Manusia sangat perlu di tingkatkan di Indonesia untuk mendapatkan cita-cita bangsa Indonesia.
Pemikiran sederhana ketika kita membaca buku tentang anotomi tubuh khususnya bagian otak. Ternyata semua otak manusia berbentuk sama. Seseorang yang dilahirkan di New Delhi, India atau di Ponorogo, Jawa Timur akan mempunyai bentuk dan ukuran yang mirip. Akhirnya saya berani berkesimpulan, otak orang-orang Indonesia sama dengan otak orang-orang dari negara lain. Yang membedakan adalah bagaimana masing-masing orang mengisi otaknya sehingga mempengaruhi cara berpikirnya.
 Hal tersebut menyatakan bahwa tidak benar jika seseorang mengatakan bahwa bibit SDM Indonesia termasuk dalam kelas kacangan, bukan bibit unggul. Sehingga kalau ada satu yang kelihatan encer, cepat-cepat mereka mengatakan “O..si A itu perkecualian”.Tentang kharakter sebuah masyarakat, kalau dibaca dari sejarah (terutama setting kerajaan), bukan saja ditanah Jawa, tetapi hampir di semua belahan dunia, selalu diwarnai dengan pertumpahan darah untuk sebuah kursi kekuasan. Lihat saja sejarah di Romawi, Yunani, India apalagi dari dataran Cina. Artinya, sifat dasar masyarakat Indonesia kurang lebih sama dengan mereka-mereka dibelahan dunia yang lain.
Paragraph di atas memberikan data bahwa raw material-nya sama apakah itu orang Indonesia atau bukan (asal kakinya masih menginjak di planet yang sama, Bumi). Dalam konteks pemberdayaan SDM Indonesia saya melihat adanya kekuatan eksternal yang lebih kuat dibandingkan faktor internal. Namun sebelum melangkah lebih spesifik tentang SDM, mari kita lihat keberadaan negara kita Indonesia secara makro, yaitu idelogi sebuah negara.
Ideologi bernegara
Premis yang bisa kita lihat dari apa yang terjadi di Indonesia sebagai berikut “Penjajahan merupakan sumber perusak moral bangsa kita”. Ini meyakinkan kita bahwa mentalitasnya  feodal adalah warisan akibat penjajahan. Mari kita melek bersama, bahwa sekarang ini pemaksaan sebuah ideologi tidak lagi seperti jaman dulu ketika kita dijajah Belanda atau Jepang. Bentuk penjajahan sekarang ini sudah sedemikian halusnya seiring dengan isu globalisasi yang dihembuskan. Seolah kita semua meng-amin-i bahwa negara diseluruh dunia ini sudah menyatu, tidak ada lagi sekat geografis antar negara. Benarkah? Sebentar dulu. Jangan sampai kita terkecoh dan termakan oleh pernyataan ini. Untuk perkembangan teknologi IT, itu benar.
Hampir seluruh negara di dunia ini tidak mempunyai kuasa menolak laju perkembangan teknologi ini. Teknologi ini telah mampu menggenggam dunia dalam hitungan detik. Bagaimana dari kaca mata ideologi bernegara? Benarkah seluruh dunia ini akan mempunyai idelogi tunggal? Tentu saja tidak. Itu adalah kharakteristik suatu bangsa. Ketika bungkusan ideologi ini dibuka di atas meja, maka kepada negara yang memiliki teknologilah yang akan men-driven negara lain. Inilah bentuk penjajahan baru.
Faktor eksternal
Faktor eksternal yang patut diwaspadai dalam mensikapi SDM Indonesia adalah globalisasi (perdagangan pasar bebas). Perdagangan pasar bebas bukanlah gosip atau rumor yang kehadirannya masih dipertanyakan. Globalisasi adalah pendatang baru yang sudah beli tiket dan akan datang ke negara kita dan akan menetap untuk jangka waktu yang lama. Siapkah kita? Bagaimana SDM kita menghadapi tamu ini?
Menganggap pembajakan tenaga ahli Indonesia sebagai hal yang lumrah adalah konsep nrimo, seolah kita tidak kuasa terhadap dampak globalisasi ini. Kita membiarkan mereka pergi karena kita tidak mampu bersaing dengan yang membajak. Dua akar permasalahan yang berbeda. Yang pertama, kita biarkan mereka pergi karena ada tawaran yang lebih baik. Alasan perut atau idealisme. Sedangkan yang kedua, ternyata treatment bangsa kita terhadap anak bangsa sendiri masih tergolong rasis dan tidak mempunyai nilai kompetitif. Rasis kok sama bangsa sendiri. Dari dua akar permasalahan tadi, alasan pertama lebih disebabkan karena alasan kedua muncul terlebih dulu.
Tidak mungkin SDM Indonesia yang dibajak adalah mereka-mereka yang hanya berkemampuan di atas rata-rata saja. Paling tidak mereka-mereka yang dibajak ini adalah mereka yang mempunyai kriteria jenis langka dibidangnya, dimana pembajak tidak mempunyai keahliannya.
Dalam era globalisasi, membiarkan SDM yang potensial (100% kemampuannya) dibajak artinya memberi kesempatan SDM negara lain untuk masuk. Akankah kita adu SDM Indonesia yang masih 50% kemampuannya diadu dengan SDM dari India atau Cina (misalnya) yang fully 100% kemampuannya? Kalau mau profesional, adu mereka dengan kekuatan yang sama 100%. Itu namanya profesional dan bukan karena alasan sesama bangsa Indonesia (KKN), yang berkemampuan 50% dimenangkan dan naik daun menjadi pejabat. Ini konyol namanya. Tidak heran, kualitas kita saat ini serba tanggung, akhirnya menghasilkan 4 kasta pejabat. Kasta pertama, berani dan berkemampuan. Kasta kedua, berani tetapi tidak berkemampuan. Kasta ketiga, tidak berani tetapi mempunyai kemampuan, dan yang Kasta keempat, tidak berani dan tidak berkemampuan. Kasta mana yang paling banyak isinya di negara kita? Ada dua, mereka yang berani tetapi tidak berkemampuan (yang penting ngotot dan berdalil “pokoknya”) dan tidak berani tetapi punya kemampuan (nrimo tapi beban batin). Inilah salah satu sumbangsih kita bersama ketika mengikhlaskan para SDM yang berkualitas dibajak oleh negara lain.
Faktor Internal
           Membentuk assosiasi keahlian di dalam negeri dalam upaya untuk mencegah lajunya SDM asing masuk ke Indonesia adalah ide bagus. Namun demikian harus juga ditunjukkan kepada mereka bahwa SDM kita memang berpotensi dan siap untuk diadu dengan mereka dipasaran. Kalau pengujinya mempunyai kemampuan lebih rendah dari yang diuji, para SDM luar negeri (India misalnya), bisa-bisa kita dikibuli apalagi para gelehe-gelehe atau nehi-nehi itu jagonya ngomong. Konsekuensinya? Pasang para SDM Indonesia yang handal untuk menghadapi SDM dari luar negeri ini.
Memperkuat barisan SDM di Indonesia. Perlu penghargaan bagi mereka yang memang potensial. Kita tidak usah iri. Mereka wajar untuk memperolehnya sesuai dengan tingkat kemampuan dan karyanya untuk pembangunan bangsa ini. Sambil waktu berjalan, mari manfaatkan sumber alam yang tersisa ini ditunjang dengan infrastruktur yang ada. Itu artinya, ada nilai kompetitif dan tujuan yang jelas mengapa kita jaga orang-orang yang berkualitas untuk berkarya dibidangnya di Indonesia. Ada reward dan pekerjaan yang jelas. Sasaran lainnya adalah ini bagian dari proses mencerdaskan kehidupan bermasyarakat bahwa gaji yang mereka terima adalah halal (karena memperoleh reward sesuai dengan jenis perkerjaan dan tanggung jawabnya), tidak makan gaji buta.









BAB IV
KESIMPULAN DAN SARAN

SDM Indonesia saat ini berpencaran kemana-mana tanpa ada arahan yang jelas mau dibawa kemana dan untuk apa. Jumlah ini akan terus bertambah jika kita masih menganggap bahwa pembajakan tenaga ahli Indonesia oleh negara lain adalah hal yang lumrah dan bukan merupakan sebuah ancaman. Adalah tugasnya pemegang kekuasaan (pemerintah) untuk menyiapkan blue print tentang visi kedepan. Teknologi apa saja yang ingin dicapai dan SDM jenis seperti apa yang diperlukan. Adakah kita punya SDMnya sekarang? Kalau ada, dimana? Kalau sudah ketemu, mau diapakan? Kalau belum ada SDMnya, apa rencana kita? Dengan visi yang jelas dan komitmen untuk pembangunan Indonesia, saya melihat ikatan psychologis kebangsaan lebih kuat daripada ikatan material. Ini akan mampu menarik SDM Indonesia dari manapun mereka saat ini mencangkul sawahnya untuk berkumpul bersama dan memikirkan satu perut, yaitu perut rakyat Indonesia.
Salah satu point yang ingin saya tawarkan adalah memperlakukan SDM Indonesia sebagai asset. Mari kita pelihara SDM kita untuk menghadang ideology negara lain. Jangan dilepas. Ini bukan urusan perut orang per orang tetapi keberlangsungan suatu tatanan bernegara yang harus kita junjung tinggi di atas usaha dan kaki kita sendiri.    
Tentunya, asset jangan sampai dibuang atau dibiarkan begitu saja. Kita teriak-teriak ketika satelit PALAPA kita dijual ke Singapura. Kenapa kita tidak teriak ketika para ahli kita dibidang telekomunikasi ini ditarik oleh Kanada? Kita lebih sayang barangnya melayang daripada SDMnya yang pergi. Perlu digarisbawahi, tidak semua yang pergi keluar negeri karena alasan perut. Banyak dari mereka yang berada diluar karena melihat hal-hal yang aneh di Indonesia untuk ukuran manusia yang beradab.
Selain itu, kita harus berupaya dengan serius sekuat tenaga dan berkesinambungan meningkatkan pembangunan SDM Indonesia sebagai bagian yang penting dari upaya meningkatkan harkat dan martabat bangsa.
  1. Untuk menghadapi era Globalisasi yang sarat dengan persaingan global dan pengaruhnya, Indonesia harus memperkuat pengembangan SDMnya dimulai memperkuat budaya lokal yang bisa menyaring serta melawan pengaruh globalisasi, serta memperkuat budaya lokal yang menjadi ciri bangsa kita dan menampilkannya di dunia Internasional sebagai kekuatan yang yang membedakan kita dengan negara lain.
  2. Dalam hubungan dengan pembangunan berkelanjutan, pengembangan SDM Indonesia harus mendapat perhatian yang besar dari pemerintah dan juga seluruh stackholder tidak terkecuali juga seluruh lapisan masyarakat Indonesia.
  3. Pemerintah harus memperkuat sistem pendidikan beserta muatan kurikulumnya yang merupakan faktor yang sangat mempengaruhi pengembangan SDM Indonesia disamping penguatan sektor kesejahteraan dan pengentasan kemiskinan.





















DAFTAR PUSTAKA

Buku, Artikel dan Dokumen:
1. W.I.M. Poli. 2007. Artikel Perekonomian Indonesia dan Strategi
Pembangunan, 2008
2. W.I.M. Poli. 2006. Suara Hati yang Memberdayakan, Pustaka Refleksi.
3. W.I.M. Poli. 2007. Modal Sosial Pembangunan, Hasanuddin University
Press. Makassar.
4.      Indonesia, Indeks Pembangunan Manusia, UNDP
5.  MSDM @google.com

PROGRAM PM KE SORONG IRIAN JAYA

      Senja  mataku tergoda untuk melihat metahari  mensetubuhi laut yang  kini merasa malu di intif, merona dengan warna keemasan. Masih dalam satu arah pandangan, aku tersentak melihat nelayan menantang angin dengan layar.

            Satu hikmah yang dapat aku ambil dari pertentangan tersebut, sebuah hikmah yang menyadarkan aku bahwa tidak ada sesuatu yang buruk di dunia ini, untuk hidup aku hanya di tuntut untuk dapat memposisikan diri terhadap lingkungan, Selain itu aku masih bertanya hingga kini bagaimana bisa’ layar dan angin bisa  begitu mesra bersahabat dalam beda pendapat.
            Pandangan ku beralih pada bentuk krucut seperti nasi tumpeng dalam piring laut yang tiada berbatas, dimana satu jam yang lalu aku ada dikrucut tersebut, itulah pulau jawa yang saat ini hanya tergambar dalam satu krucut kecil di pandanganku, kian lama krucut itu kian mengecil, menjadi titik dan hilang, tenggelam dalam hamparan laut yang mulai di telan gelap yang mencekam. Aku mulai berdebar, lalu muncul ketakutan yang luar biasa, hal itu bermuara dari keraguan akan keadaan transportasi yang saat ini aku naiki, kapal laut berkapasitas seribu orang, selain umurnya yang memang telah memasuki kepala 6 atau  hingga saat ini telah berumur sekitar 63 tahun, aku semakin di ragukan karena menurut perkiraan ku muatan yang ada di kapal ini huususnya saat ini telah melampaui kapasitas yang di standarkan.
             Saat ini aku gugup. Jantungku seakan berayun-ayun seumpama punchbag yang di berondong pukulan seorang petinju, sedikit muncul rasa penyesalan, menaiki atau berpergian dengan kapal laut di Indonesia bagi ku saat ini adalah seperti meledek-ledek atau bermain kejar-kejaran dengan malaikat maut. Dalam ketakutan aku kembali di ingatkan pada awal dari semua ini; Bermula dari pembicaraan ringan ku dengan beberapa teman kuliah yang sekaligus teman satu asrama di UIKA Bogor tepatnya asrama Ulil Albab, aku dan 3 orang teman ku membuat suatu usulan SAPARI DAKWAH untuk angkatan kami dengan judul “Pemerataan Dakwah” saat itu pula salah satu teman ku yang berasal  dari Sorong irian jaya, mengusulkan agar kita mengadakan SAPARI DAKWAH di salah satu desa yang ada di tempat kelahirannya. Dengan berbagai hambatan dan tentangan baik dari teman-teman lain ataupun dari pihak kampus yang memiliki kewenangan atas perijinan kepergiaan kami, kami bersyukur pada sisi lain masih ada pihak yang mendukung niat baik kami yang di tuangkan kedalam bentuk kegiaatan SAPARI DAKWAH ini.
               Hingga pada tahap selanjutnya adalah tahap dimana kami di hadapkan pada kekurangan biaya,  hambatan inilah yang kami anggap cukup sulit bahkan hampir-hampir menenggelamkan rencana yang telah kami susun untuk melaksanakan SAPARI DAKWAH di Irian Jaya. Bagaimana tidak, satu hari sebelum hari keberangkatan kami, pembiayaan masih belum bisa kami penuhi bahkan untuk hanya sekadar pembiayaan transportasi kepergian 7 orang mahasiswa.
Aku mulai merasa lelah, namun tak sampai berputus asa, sore hari sebelum paginya kami berangkat, subhanallah setelah kami berusaha semaksimall mungkin kami pun belum lah dapat memenuhi biaya kekurangan itu, dan kami putuskan untuk bersuadaya, dan akhirnya di dapat angka bulat pas’ tanpa kurang atau pun lebih kami hanya pergi dengan biaya satu kali perjalanan tanpa berpikir atau menyiapkan biaya kepulangan kami nanti.
                Dengan langkah gontai pagi ini kami di hadapkan pada suatu bagian di mana kami harus berpamitan dan meminta restu dari pihak kampus atau teman-teman, baik yang berposisi sebagai pendukung ataupun penentang kepergiaan ini, karena kami pun sadari benar bahwa sikap beberapa pihak yang menentang kepergian kami cukuplah beralasan. Tak lama aku terhentrak, aku  di sadarkan oleh debur ombak yang menghantam perahu yang kami naiki.
Selayaknya sebuah organisasi ataupun kegiatan tentulah di awali dengan di bentuknya pembagian kerja atau struktur kepanitiaan, dan mengingat pada kegiatan SAPARI DAKWAH ini adalah di ketuai oleh aku, aku semakin di pojokan oleh pikiran-pikiran mengerikan karena disini akulah yang bertanggung jawab lebih atas pelaksanaan kegiatan juga atas keselamatan teman-teman yang ikut pada saat ini.
              Menit demi menit menjelang malam ketakutan bertambah penderitaan, banyak orang mulai muntah karena alunan kapal yang di goyang ombak mengocok perut mereka. Suara orang muntah memancingku untuk melit mereka dan akhirnya menularkan rasa mual, seketika kapal ini sudah di penuhi bau balsam atau sejenis ramuan tolak angin. Ku piker mungkin ini puncak penderitaan di kapal ini hinngga selanjutnya  orang-orang yang muntah tadi memenjamkan mata untuk mengalihkan rasa mual mereka. Aku sendiri mengalihkan rasa mual, gelisah dan ketakutan  dengan membuka tasku dan menggenggam Al-Qur’an yang senantiasa ku bawa.
               Malam menjelang rasi-rasi berangsur buram sebab di halangi awan lalu gemerlap gemintang terbungkus pekat  gelap. Ku lihat ke barang- barang mulai bergoyang kencang lantas bergeser dan terjun kearah kemiringan kapal, laut yang sejak kemarin sore tenang lantas berangsur berombak kecil hingga besar, dan kini laut mendadak bergolak, bulan pucat langit pun seakan jatuh, rendah dan kelam. Gelombang mulai menggelinjang, sesekali petir menyambar dan aku di cekam rasa tidak karuan, takut, gugup, bercampur gelisah seakan melihat  malaikat maut mulai marah karena merasa di ejdek oleh ku.
                Suasana kapal pecah, teriakan dan tangis, jerit orang dalam rasa takut membuat suasana lebih mencekam, sesekali air laut naik masuk keatas geladak kapal dan membasahi benda di sekitarnya. Hujan turun setiap kali petir menjilat laut  aku semakin di gentarkan melihat di balik cahaya kilat itu air laut yang meluap-luap menjadi gelombang tinggi dan pecah menjadi buih yang melimpah ruah, kami terancam karam, keadaan kami sungguh sangat menyedihkan di dalam cekaman ketakutan tak juga berhenti muntah bahkan hingga tak ada lagi yang dapat di mutahkan selain cairan bening yang pahit.
               Dalam situasi ini ingat bagaimana orang yang menentang kepergian kami ini akan berucap bila seandanya malaikat maut memang sudah geram mengejar kami dan bagaimana dengan orang tua kami, juga teman-teman yang mendukung kepergian kami, aku  yang merasa memiliki beban lebih sebai ketua pelaksana karena mempertanggungjawabkan semuanya.
               Kapten atau petugas mencoba mengendalikan keadaan yang amat genting itu, karena mengetahui bahaya bila perjalanan di lanjutkan, akhirnya kapal putar haluan hamper 150 drajat, sial betul kapal berbelok tanpa ada aba-aba bagi penumpang, hingga banyak barang yang menggelinding dan bahkan harus berantakan karena kemiringan kapal yang sungguh sangat menggentarkan ulu hati dan replek hamper semua memuji asma Allah.
Tampak juga pulau untuk berlindung, Alhamdulillah suasana membaik setelah kapal merapat di sebuah pulau kecil yang saat itu masih di selimuti gelap, dapa...................

BERSAMBUNG.......................