http://www.facebook.com/danu.suryani/photos

DANU SURYANI

Get Gifs at CodemySpace.com

semoga bermanfaat, dan MOHON KOMENTARNYA !!!

semoga bermanfaat, & MOHON KOMENTARNYA !!!

Silahkan dilihat'.........

Jumat, 17 Juni 2011

PROGRAM PM KE SORONG IRIAN JAYA

      Senja  mataku tergoda untuk melihat metahari  mensetubuhi laut yang  kini merasa malu di intif, merona dengan warna keemasan. Masih dalam satu arah pandangan, aku tersentak melihat nelayan menantang angin dengan layar.

            Satu hikmah yang dapat aku ambil dari pertentangan tersebut, sebuah hikmah yang menyadarkan aku bahwa tidak ada sesuatu yang buruk di dunia ini, untuk hidup aku hanya di tuntut untuk dapat memposisikan diri terhadap lingkungan, Selain itu aku masih bertanya hingga kini bagaimana bisa’ layar dan angin bisa  begitu mesra bersahabat dalam beda pendapat.
            Pandangan ku beralih pada bentuk krucut seperti nasi tumpeng dalam piring laut yang tiada berbatas, dimana satu jam yang lalu aku ada dikrucut tersebut, itulah pulau jawa yang saat ini hanya tergambar dalam satu krucut kecil di pandanganku, kian lama krucut itu kian mengecil, menjadi titik dan hilang, tenggelam dalam hamparan laut yang mulai di telan gelap yang mencekam. Aku mulai berdebar, lalu muncul ketakutan yang luar biasa, hal itu bermuara dari keraguan akan keadaan transportasi yang saat ini aku naiki, kapal laut berkapasitas seribu orang, selain umurnya yang memang telah memasuki kepala 6 atau  hingga saat ini telah berumur sekitar 63 tahun, aku semakin di ragukan karena menurut perkiraan ku muatan yang ada di kapal ini huususnya saat ini telah melampaui kapasitas yang di standarkan.
             Saat ini aku gugup. Jantungku seakan berayun-ayun seumpama punchbag yang di berondong pukulan seorang petinju, sedikit muncul rasa penyesalan, menaiki atau berpergian dengan kapal laut di Indonesia bagi ku saat ini adalah seperti meledek-ledek atau bermain kejar-kejaran dengan malaikat maut. Dalam ketakutan aku kembali di ingatkan pada awal dari semua ini; Bermula dari pembicaraan ringan ku dengan beberapa teman kuliah yang sekaligus teman satu asrama di UIKA Bogor tepatnya asrama Ulil Albab, aku dan 3 orang teman ku membuat suatu usulan SAPARI DAKWAH untuk angkatan kami dengan judul “Pemerataan Dakwah” saat itu pula salah satu teman ku yang berasal  dari Sorong irian jaya, mengusulkan agar kita mengadakan SAPARI DAKWAH di salah satu desa yang ada di tempat kelahirannya. Dengan berbagai hambatan dan tentangan baik dari teman-teman lain ataupun dari pihak kampus yang memiliki kewenangan atas perijinan kepergiaan kami, kami bersyukur pada sisi lain masih ada pihak yang mendukung niat baik kami yang di tuangkan kedalam bentuk kegiaatan SAPARI DAKWAH ini.
               Hingga pada tahap selanjutnya adalah tahap dimana kami di hadapkan pada kekurangan biaya,  hambatan inilah yang kami anggap cukup sulit bahkan hampir-hampir menenggelamkan rencana yang telah kami susun untuk melaksanakan SAPARI DAKWAH di Irian Jaya. Bagaimana tidak, satu hari sebelum hari keberangkatan kami, pembiayaan masih belum bisa kami penuhi bahkan untuk hanya sekadar pembiayaan transportasi kepergian 7 orang mahasiswa.
Aku mulai merasa lelah, namun tak sampai berputus asa, sore hari sebelum paginya kami berangkat, subhanallah setelah kami berusaha semaksimall mungkin kami pun belum lah dapat memenuhi biaya kekurangan itu, dan kami putuskan untuk bersuadaya, dan akhirnya di dapat angka bulat pas’ tanpa kurang atau pun lebih kami hanya pergi dengan biaya satu kali perjalanan tanpa berpikir atau menyiapkan biaya kepulangan kami nanti.
                Dengan langkah gontai pagi ini kami di hadapkan pada suatu bagian di mana kami harus berpamitan dan meminta restu dari pihak kampus atau teman-teman, baik yang berposisi sebagai pendukung ataupun penentang kepergiaan ini, karena kami pun sadari benar bahwa sikap beberapa pihak yang menentang kepergian kami cukuplah beralasan. Tak lama aku terhentrak, aku  di sadarkan oleh debur ombak yang menghantam perahu yang kami naiki.
Selayaknya sebuah organisasi ataupun kegiatan tentulah di awali dengan di bentuknya pembagian kerja atau struktur kepanitiaan, dan mengingat pada kegiatan SAPARI DAKWAH ini adalah di ketuai oleh aku, aku semakin di pojokan oleh pikiran-pikiran mengerikan karena disini akulah yang bertanggung jawab lebih atas pelaksanaan kegiatan juga atas keselamatan teman-teman yang ikut pada saat ini.
              Menit demi menit menjelang malam ketakutan bertambah penderitaan, banyak orang mulai muntah karena alunan kapal yang di goyang ombak mengocok perut mereka. Suara orang muntah memancingku untuk melit mereka dan akhirnya menularkan rasa mual, seketika kapal ini sudah di penuhi bau balsam atau sejenis ramuan tolak angin. Ku piker mungkin ini puncak penderitaan di kapal ini hinngga selanjutnya  orang-orang yang muntah tadi memenjamkan mata untuk mengalihkan rasa mual mereka. Aku sendiri mengalihkan rasa mual, gelisah dan ketakutan  dengan membuka tasku dan menggenggam Al-Qur’an yang senantiasa ku bawa.
               Malam menjelang rasi-rasi berangsur buram sebab di halangi awan lalu gemerlap gemintang terbungkus pekat  gelap. Ku lihat ke barang- barang mulai bergoyang kencang lantas bergeser dan terjun kearah kemiringan kapal, laut yang sejak kemarin sore tenang lantas berangsur berombak kecil hingga besar, dan kini laut mendadak bergolak, bulan pucat langit pun seakan jatuh, rendah dan kelam. Gelombang mulai menggelinjang, sesekali petir menyambar dan aku di cekam rasa tidak karuan, takut, gugup, bercampur gelisah seakan melihat  malaikat maut mulai marah karena merasa di ejdek oleh ku.
                Suasana kapal pecah, teriakan dan tangis, jerit orang dalam rasa takut membuat suasana lebih mencekam, sesekali air laut naik masuk keatas geladak kapal dan membasahi benda di sekitarnya. Hujan turun setiap kali petir menjilat laut  aku semakin di gentarkan melihat di balik cahaya kilat itu air laut yang meluap-luap menjadi gelombang tinggi dan pecah menjadi buih yang melimpah ruah, kami terancam karam, keadaan kami sungguh sangat menyedihkan di dalam cekaman ketakutan tak juga berhenti muntah bahkan hingga tak ada lagi yang dapat di mutahkan selain cairan bening yang pahit.
               Dalam situasi ini ingat bagaimana orang yang menentang kepergian kami ini akan berucap bila seandanya malaikat maut memang sudah geram mengejar kami dan bagaimana dengan orang tua kami, juga teman-teman yang mendukung kepergian kami, aku  yang merasa memiliki beban lebih sebai ketua pelaksana karena mempertanggungjawabkan semuanya.
               Kapten atau petugas mencoba mengendalikan keadaan yang amat genting itu, karena mengetahui bahaya bila perjalanan di lanjutkan, akhirnya kapal putar haluan hamper 150 drajat, sial betul kapal berbelok tanpa ada aba-aba bagi penumpang, hingga banyak barang yang menggelinding dan bahkan harus berantakan karena kemiringan kapal yang sungguh sangat menggentarkan ulu hati dan replek hamper semua memuji asma Allah.
Tampak juga pulau untuk berlindung, Alhamdulillah suasana membaik setelah kapal merapat di sebuah pulau kecil yang saat itu masih di selimuti gelap, dapa...................

BERSAMBUNG.......................

Tidak ada komentar:

Posting Komentar