Ingat waktu kecil kita pernah ditanya, "kalau nanti sudah besar mau jadi apa?"atau kita biasa menyebutnya cita-cita, ayo jawab apa pada saat itu? Dokter kah? Direktur kah? Pilot kah? Pramugari kah? Atau pada saat itu kita jawab ingin jadi guru atau kia'i? dan saya yakin kita tidak menjawab ingin menjadi anak kecil selamanya dan selalu menyusahkan orang tua.
Sesuaikah jalur yang telah kita tempuh untuk menuju pada apa yang menjadi jawaban kita atau cita-cita kita? Tapi pertanyaan yang satu ini belum saatnya dijawab oleh calon alumni, karena kesesuaian atau ketidak sesuainya baru akan dimulai, maka yang lebih pantas atau cocok untuk dijawab adalah pertanyaan " Maukah kita menempuh jalur yang cocok atau searah dengan cita-cita kita?
Pepatah berkata "Gantungkanlah cita-cita setinggi langit!"Bahkan kita pasti pernah dsengar bahwa ada salah seorang sahabat nabi yang kata-katanya senantiasa menjadi penyemangat bagi mereka yang punya keinginan, "Siapa yang bersungguh-sungguh pasti akan meraih apa yang di harapkannya" dan bahkan saya yakin dikumpulkan orang-orang bijak untuk menjawab benarnya kata-kata itu, semua akan menjawab benar adanya kata-kata itu.
Start memang dimulai saat kalian menyandang gelar alumni,namun siapa yang persiapan startnya lebih matang pasti mereka akan melaju maksimal. Artinya bukan berarti kita bisa seenaknya karena start belum dimulai akan tetapi kita harus memposisikan start kita pada posisi yang benar dan tempat yang benar maka itu berarti
perjuangan telah dimulai saat start belum dimuali.
Maaf bukan berarti yang tidak sempat mempersiapkan start baik tidak bisa mencapai cita-citanya, hanya saja butuh kerja keras lebih dari mereka yang belum dapat mempersiapkan startnya dengan baik.dan harus tetap diigat pula bahwa start baru dimulai, jadi bagi mereka yang telah memulai persiapan start dengan baikpun belum tentu bisa berjalan tanpa halangan
Dua tahun kebelakang yang bisa saya lihat meski sekilas telah cukup jadi bukti betapa perihnya mereka yang lulus lalu menikah, padahal lulus dari MAN belumlah jadi buah yang siap untuk dipetik, sang pohon hanya baru bisa memekarkan bunga yang nantinya akan menjadi buah, lalu bagaimana bisa menjadi buah kalau baru jadi bunga lantas dipetik?,?,?,?,? .. Padahal mungkin sang bunga bercita-cita menjadi buah yang super dan manis ketika dipanen saat matang,, Tragis …
Apa maksudnya ini, saya sendiri terlalu terbawa emosi, bukan berarti mengecilkan hati mereka yang siap menikah saat lulus, karna bagaimanapun itu merupakan jalan yang baik dalam pandangan mereka dan bahkan patut kita ucapkan rasa salut akan keberanian dan keridhoannya untuk dipetik sebelum bisa menjadi buah dalam pandangan masyarakat.
Didua tahun kebelakang ini selain melihat bunga yang dipetik karena menikah ada pula yang merasa terbentur tembok ekonomi dalam perjalanannya setelah start, hal ini lebih tragis karena mereka gugur bukan karena dipetik, melainkan mereka gugur karena musim kemarau, siapa yang mau disalahkan atas gugurnya orang seperti ini, tapi disisi lain jika kita mau mengadu banding dengan kebanyakan orang berhasil, mereka merupakan orang-orang yang tidak menganggap ekonomi sebagai tembok penghalang, mereka hanya menganggap lemahnya ekonomi sebagai sungai tanpa jembatan yang harus disebrangi, tinggal ditanya siapa yang bisa berenag silahkan berenang namun perlu dipahami benar bahwa jika sungai itu deras kita tidak hanya butuh kemampuan berenang saja lebih penting dari itu kita harus punya kegigihan, keberanian, dan jika tidak mau mengeluarkan banyak tenaga fisik kita bisa mengimbangi kemampuan itu dengan gagasan atau ide-ide cemerlang dalam menyebrangi sungai tersebut.
JADI KESUKSESAN MEMANG MILIK MEREKA YANG PUNYA PERJALANAN MULUS TETAPI HARUS DIPAHAMI BENAR BAHWA KESUKSESAN SEJATI HANYA MILIK MEREKA MELAKUKAN PERJUANGAN
Tidak ada komentar:
Posting Komentar